22 April 2011
~ Musium Kaliasa,Telaga Warna ,Kawah Sikidang Dieng[3]
dari kompeks candi dilanjutkan ke Musium kaliasa,tak jauh tempatnya,retribusi Rp.2000,murah meriah,isi musium adalah arca,dilanjutkan dengan menonton sejarah dieng :
setelah puas berkeliling candi perjalanan dilanjutkan menuju kawah sikidang,dan ditempuh dengan jalan kaki [ lagi ],mbak Tina bilang ndak jauh kok,okelah kali ini Traking beneran, entah berapa jauh rute yang kami tempuh, pemandangannya yah lagi lagi kebun kentang dan kubis ato kol,menyejukkan mata, sepanjang perjalanan aku melihat banyak bunga terompet disini juga bunga entah apa namanya,tumbuh subur ,mbak Tina bilang ,kalian sangad beruntung cuaca cerah hari ini,karna dieng masih dalam musim hujan,sejak kemarin dia tak bisa menemani turis karna hujan :
”]pas mau pulang dari kawah sikidang sances tertarik untuk membeli belerang dari perempuan berpipi merah :
usai dari kawah Sikidang,perjalanan dilanjutkan ke Telaga warna,Telaga pengilon, Dieng Theater,Goa semar,dan Goa goa yang lainnya yang masih dalam satu area :
foto goanya ndak upload yah, pun dengan telaga pengilon yang berwarna coklat,apa pasal? agak susah motret goa,kalu telaga pengilon,cuma liat dari jauh 🙂
Perjalanan usai sudah,tidak sempat mengunjungi Telaga merdada,kawah sileri dan Sumur jala tunda jaraknya jauh banged,deket batur[rencananya esok harinya,tapi karna mengejar keretauntuk pulang tak jadi]**next time,dan sorenya kami memilih ke kali anget untuk mencoba berendam 😀
tidak memilih kolam yang besar dan dipakai rame rame tapi lebih memilih kamar mandi yang sendiri sendiri,Rp.3000 per 15 menit:
hemmm..segar setelah seharian jalan jalan,berendam air hangat ** ssttt sensor adegan berendamnya
kembali ke penginapan menikmati dinginnya dieng yang sudah menusuk ke sumsum tulang ditemani secangkir kopi hingga aliran hangatnya mengalir ketubuh **tsaaah lebayy!!
** special thanks to Hujan dan Sang Penggenggam Hujan,karna mau berdamai denganku,sehingga kami bisa mengunjungi tempat tempat wisata didieng.
monda said,
22 April 2011 pada 08:28
Nyai Harum Hutan…..
>> ya bu dokter..?
cantik banget ya pemandangannya,
>>iyah bu dokter,cantik sangad 🙂
suka banget dengan foto penunggu telaga itu
>> hi hi hi.. makasiiiii 😳 ** dipentung ke geeran 😀
jalan-jalan yang sangat mengesankan dan membuat iri ..
:D
>>he he..benar bu dokter, he he.. nanti liburan bu dokter pasti ke dieng dan aku ke ambarawa 😀
ilyasafsoh.com said,
26 April 2011 pada 13:33
subhanallah 🙂
rusydi said,
22 April 2011 pada 11:41
mantep euy.
>> makasi..:)
endonesia emang kaya, gak ada yang menafikkan keindahan dan kekayaan indonesia.
>> stuja,sangad kaya,keindahan alamnya tak diragukan lagi..!
hanya saja kekayaan dan keindahan itu telah diprivatisasi oleh penguasa negeri. rakyat hanya menjadi pengemis.
>> ini yang miris,harus bagaimana dengan pemerintahan negeri ini 🙄
Asop said,
25 April 2011 pada 01:07
Saya dulu pernah ke Dieng. Dingiiiiinnya minta ampuuun! 😀
>> sampai sekarang juga masih dingin minta ampyun 😀
Udah gitu serangan kabut bisa datang dan pergi sewaktu-waktu.
>> benar sangad,tapi aku suka ketika kabut dataang lkhereen! he he
Saya masih inget, dulu pernah nonton teater apa gitu namanya, lupa. Pokoknya mengenai pegunungan Dieng. 🙂
>> theater yang dimusium kaliasa itu? iyah itu sejarah dieng cuma sebentar kok diputernya dan harus nunggu min 10 orang baru bisa tayang 🙂
anny said,
25 April 2011 pada 09:33
Wihhh kerennya pemandangan disana, kawahnya juga mantab, dan di jalannya begitu rapi dan asri lengkap deh 😀
>> he em manstab dach pokoknya he he
fety said,
26 April 2011 pada 04:10
aku menikmati foto2mu, mbak karena aku belum pernah ke Dieng 🙂
>> selamat menikmati yah fet,anggap sajah ada disana 😉
Kakaakin said,
27 April 2011 pada 07:44
Subhanallah…
>> aLLAHuakbar..
Pemandangan yang indah
>> iyah,indah sangad 🙂
Untung saja si Nyai berpakaian oren cerah, kalo pake baju ijo, bakalan susah dibedain sama telaganya 😀
>> xixixi..iyah yaaa..malah dikira lumut nanti kalu samaan **rupanya sinyai sudah well preapre dok:mrgreen:
joe said,
28 April 2011 pada 11:10
pemandangannya bagus, bisa buat refreshing
Hari Mulya said,
2 Mei 2011 pada 06:50
sayang, aku beLum sempet mampir ke museumnya…
>> ntar nekjika ke dieng lagi mampirlah,ambil jejak mba’ mu ini 😀
Hari Mulya said,
2 Mei 2011 pada 06:51
kawah sikidang, baunya sama ma kaoskaki ndukram…
>> walaaaah *kaget! ternyata dirimu sudah pernah mencium kaos kakinya genduk le??
Hari Mulya said,
2 Mei 2011 pada 06:51
waktu di teLaga, ga nyoba “terbang”?
>> sayapnya nyai lupa dibawa de
Hari Mulya said,
2 Mei 2011 pada 06:53
di kaLianget itu, piLih kamar yang VIP?
>> he em,nek kolam gede wegah rame rame jeh 😀
disitu aku mandi bareng *tapi kamarnya beda…
>> ndak ngintip tokh 😛
*pas air dari bathub dbuang, airnya langsung jatuh ke sungai kayaknya ya?
>> aku ra merhatiin ki le..:D
Hari Mulya said,
2 Mei 2011 pada 06:56
biz dari kaLianget, waktu keLuar aku ngrasa tetep anget ya?
>>mosok 😀
padahaL suasana luar sebeLumnya masih dingin..
>> he em..
beda ma mandi air anget di rumah…
>> xixixi kok iso le?
Nisa said,
14 Mei 2011 pada 10:19
nulis puisi atau cerita sambil tafakur alam begini enak kali ya 😀
sunarno2010 said,
4 April 2013 pada 09:54
rupanya sudah banyak perubahan di bandingkan saat saya tinggal disana,
>> ooh ndak tahu saya saat dulunya bagaimana 🙂
museumnya tuh sepertinya kok saya malah belum pernah lihat,
>> hadeuuh pas saya datang sudah bgitu mas bro 🙂
mulai dibagunnya kapan ya
>> nah ndak tau juga saya direvisinya kapan,gak liat 😀
prih said,
6 Desember 2014 pada 13:06
Wow meski kunjungan rada singkat kumplit amat Jeng Wiend…..
Wis eloknya Dieng tak terkatakan, kompor buat yang pengin ke Dieng hehe
Trim ya Jeng Wiend, ajak daku putar2 Dieng tanpa trekking cuma comenting aja..